Salam adalah sebuah kata yang khas dan digunakan oleh komunitas tertentu dengan harapan dapat menyatukan visi dan misi diantara mereka. S...
Salam adalah sebuah kata yang khas dan digunakan oleh komunitas tertentu dengan harapan dapat menyatukan visi dan misi diantara mereka. Sebagaimana kaum muslimin menggunakan kalimat Assalamua’alaikum maka bangsa Indonesia pun ketika baru merayakan kemerdekaan bangsanya membutuhkan sebuah salam nasional yang fungsinya selain seperti tertulis diatas juga menjadi pembeda bagi mereka berjiwa republiken dan yang pro penjajah. Untuk itulah kata merdeka diciptakan, dan menjadi popular karena peran Bung Karno. Adapun salam merdeka lebih tepat disebut pekik karena pengucapannya harus disertai semangat.
Sayang sekali Bung Karno tidak menyebut secara eksplisit siapa pencipta pekik merdeka tersebut. Ia hanya menyebut bahwa pada tanggal 19 Agustus 1945 dirinya berbincang – bincang dengan Oto Iskandar Di Nata (Otista) mengenai perlunya pekik yang dapat menggelorakan jiwa seluruh rakyat Indonesia. Yang diusulkan pada waktu itu baru kata “Hidup”, “Indonesia”, “Indonesia Merdeka”.
Berlainan dengan Ukar Brataksumah yang bersaksi bahwa pekik merdeka digagas pertama kali oleh Otista ketika pada suatu malam Otista mengadakan perkumpulan di rumahnya di dekat Prapatan Lima. Waktu itu Otista berkata agar kita mendapat semangat, akan baik bila menyebar dan merakyat dengan menyebut “Merdeka, Merdeka, Merdeka !”.
Sedangkan Martini Soemali berkisah bahwa pekik merdeka muncul ketika Otista meminta pendapat beliau mengenai salam perjuangan yang khas. Di rumah, sambil mondar – mandir memakai kamer jas, Otista meneriakkan “Indonesia Merdeka !”, tetapi karena terlalu panjang , disingkat menjadi “Merdeka !”, yang kita pakai seperti sekarang ini.
Sementara Sutisna Senjaya mengemukakan bahwa pada tanggal 22 Agustus 1945 di Kramat didakan rapat BPKKP dimana Otista menganjurkan untuk pertama kalinya penggunaan pekik “Merdeka “.
Terlepas dari kontroversi siapa pencipta pekik merdeka, yang jelas ia berperan besar dalam munculnya pekik tersebut. Selain itu masih banyak peran besarnya terhadap bangsa ini. Sayang sekali Otista harus kehilangan nyawa akibat dibunuh oleh bangsanya sendiri. Di tengah suasana genting yang menyertai jalannya revolusi, ia diculik dari rumahnya oleh anggota Lasykar Hitam atas tuduhan hendak menjual kota Bandung pada musuh sebesar 1 milyun.Dalam suasana seperti itu memang banyak sekali pihak yang mudah terbakar isu menyesatkan lalu mengambil tindakan tanpa perhitungan yang matang. Otista sempat ditahan di Mauk, Tangerang, dan mencoba menulis surat untuk Bung Karno dengan tinta dari darah yang menetes dari lidahnya sendiri dengan cara menusuknya dengan sebatang lidi. Isi surat yang sempat dibaca petugas piket antara lain “ Saya tidak berkhianat seperti yang saudara duga ..”.
Betapa bahayanya mulut yang mengeluarkan kata – kata keji tanpa bukti sehingga secara tragis dan ironis bangsa ini kehilangan salah satu putera terbaiknya .
Sayang sekali Bung Karno tidak menyebut secara eksplisit siapa pencipta pekik merdeka tersebut. Ia hanya menyebut bahwa pada tanggal 19 Agustus 1945 dirinya berbincang – bincang dengan Oto Iskandar Di Nata (Otista) mengenai perlunya pekik yang dapat menggelorakan jiwa seluruh rakyat Indonesia. Yang diusulkan pada waktu itu baru kata “Hidup”, “Indonesia”, “Indonesia Merdeka”.
Berlainan dengan Ukar Brataksumah yang bersaksi bahwa pekik merdeka digagas pertama kali oleh Otista ketika pada suatu malam Otista mengadakan perkumpulan di rumahnya di dekat Prapatan Lima. Waktu itu Otista berkata agar kita mendapat semangat, akan baik bila menyebar dan merakyat dengan menyebut “Merdeka, Merdeka, Merdeka !”.
Sedangkan Martini Soemali berkisah bahwa pekik merdeka muncul ketika Otista meminta pendapat beliau mengenai salam perjuangan yang khas. Di rumah, sambil mondar – mandir memakai kamer jas, Otista meneriakkan “Indonesia Merdeka !”, tetapi karena terlalu panjang , disingkat menjadi “Merdeka !”, yang kita pakai seperti sekarang ini.
Sementara Sutisna Senjaya mengemukakan bahwa pada tanggal 22 Agustus 1945 di Kramat didakan rapat BPKKP dimana Otista menganjurkan untuk pertama kalinya penggunaan pekik “Merdeka “.
Terlepas dari kontroversi siapa pencipta pekik merdeka, yang jelas ia berperan besar dalam munculnya pekik tersebut. Selain itu masih banyak peran besarnya terhadap bangsa ini. Sayang sekali Otista harus kehilangan nyawa akibat dibunuh oleh bangsanya sendiri. Di tengah suasana genting yang menyertai jalannya revolusi, ia diculik dari rumahnya oleh anggota Lasykar Hitam atas tuduhan hendak menjual kota Bandung pada musuh sebesar 1 milyun.Dalam suasana seperti itu memang banyak sekali pihak yang mudah terbakar isu menyesatkan lalu mengambil tindakan tanpa perhitungan yang matang. Otista sempat ditahan di Mauk, Tangerang, dan mencoba menulis surat untuk Bung Karno dengan tinta dari darah yang menetes dari lidahnya sendiri dengan cara menusuknya dengan sebatang lidi. Isi surat yang sempat dibaca petugas piket antara lain “ Saya tidak berkhianat seperti yang saudara duga ..”.
Betapa bahayanya mulut yang mengeluarkan kata – kata keji tanpa bukti sehingga secara tragis dan ironis bangsa ini kehilangan salah satu putera terbaiknya .
Dapat disampaikan fakta yg sesungguhnya bhw gugurnya Otto Iskandar Dinata adalah diculik dibunuh oleh lasykar ubel2/hitam PKI di Mauk, jenazahnya dibuang ke laut diwilayah setempat. Pki ini sblmnya sdh memberontak dan menguasai pemerintahan di Tanggerang 12 Desember 1945 dan tdk mengakui pemerintah pusat NKRI
ReplyDelete.
Beliau ada pejuang yg anti Pki sehingga pki melancarkan fitnah penjualan kota Bandung tsb.
Beliau diculik dgn ditipu oleh pki bhw dipanggil oleh presiden ke Jakarta.
Demikian fakta ini dpt dilihat dimuseum kesaktian Pancasila Lobang Buaya.
Terima kasih atas penjelasannya
ReplyDelete